Desfitri Surya Nengsih,SPd.SD

Hidup adalah pilihan untuk menanam kebaikan dan belajar sepanjang hayat. Nama : DESFITRI SURYA NENGSIH,SPd.SD, No HP/WA 085263918183, email : desfitri112@gmai...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selalu Tawakal di masa Pandemi

Selalu Tawakal di masa Pandemi

TANTANGAN HARI KE-72

#TANTANGANGURUSIANA

Banyak orang yang salah memahami dan menempatkan arti tawakal yang sesungguhnya. Sehingga tatkala kita mengingatkan mereka tentang pentingnya tawakal yang benar dalam kehidupan manusia, tidak jarang ada yang menanggapinya dengan ucapan: “Iya, tapi kan bukan cuma tawakal yang harus diperbaiki, usaha yang maksimal juga harus terus dilakukan!”.

Ucapan di atas sepintas tidak salah, akan tetapi kalau kita amati dengan seksama, kita akan dapati bahwa ucapan tersebut menunjukkan kesalahpahaman banyak orang tentang makna dan kedudukan yang sesungguhnya. Karena ucapan di atas terkesan memisahakan antara tawakal dan usaha. Padahal, menurut penjelasan para ulama, tawakal adalah bagian dari usaha, bahkan usaha yang paling utama untuk meraih keberhasilan.

Ulama berkata: “Cukuplah bagimu untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan Dia mengetahui adanya tawakal yang benar kepada-Nya dalam hatimu, berapa banyak hamba-Nya yang memasrahkan urusannya kepada-Nya, maka Diapun mencukupi keperluan hamba tersebut”. Firman allah “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar bagi semua urusannya. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan segala keperluannya” (QS ath-Thalaaq:2-3). Artinya, barangsiapa yang percaya kepada Allah dalam menyerahkan semua urusan kepada-Nya maka Dia akan mencukupi segala keperluannya.

Maka tawakal yang benar, merupakan sebab utama berhasilnya usaha seorang hamba, baik dalam urusan dunia maupun agama, bahkan sebab kemudahan dari Allah Ta’ala bagi hamba tersebut untuk meraih segala kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan. Tawakkal kepada Allah adalah termasuk sebab yang paling kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah akan memberikan kecukupan kepada orang yang bertawakkal kepada-Nya. Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh Allah Ta’ala maka tidak ada harapan bagi musuh-musuhnya untuk bisa mencelakakannya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti dirasakan oleh semua makhluk, seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya maka selamanya tidak akan menimpanya. Maka jelas sekali perbedaan antara gangguan yang secara kasat mata menyakitinya, meskipun pada hakikatnya merupakan kebaikan baginya untuk menghapuskan dosa-dosanya dan untuk menundukkan nafsunya, dan gangguan dari musuh-musuhnya yang dihilangkan darinya.

Tidak terkecuali dalam hal ini, seorang hamba yang beriman kepada Allah Ta’ala, dalam usahanya mencari rezki, tentu dia tidak hanya mentargetkan jumlah keuntungan yang besar dan berlipat ganda, tapi lebih dari itu, keberkahan dari rezki tersebut untuk memudahkannya memanfaatkan rezki tersebut di jalan yang benar. Dan semua ini hanya bisa dicapai dengan taufik dan kemudahan dari Allah Ta’ala. Maka tentu ini semua tidak mungkin terwujud tanpa adanya tawakal yang benar dalam hati seorang hamba.

Rasulullah bersabda: “Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, maka sungguh Dia akan melimpahkan rezki kepada kalian, sebagaimana Dia melimpahkan rezki kepada burung yang pergi mencari makan di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.

Imam al-Munawi ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata: “Artinya: burung itu pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali waktu petang dalam keadaan perutnya telah penuh kenyang. Namun, melakukan usaha sebab bukanlah ini yang mendatangkan rezki dengan sendirinya, karena yang melimpahkan rezki adalah Allah Ta’ala semata.

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengisyaratkan bahwa tawakal yang sebenarnya bukanlah berarti bermalas-malasan dan enggan melakukan usaha untuk mendapatkan rezki, bahkan tawakal yang benar harus dengan melakukan berbagai macam sebab yang dihalalkan untuk mendapatkan rezki. Oleh karena itu, kalau manusia bertawakal kepada Allah ketika mereka pergi untuk mencari rezki, ketika kembali, dan ketika mereka mengerjakan semua aktifitas mereka, dengan mereka meyakini bahwa semua kebaikan ada di tangan-Nya, maka pasti mereka akan kembali dalam keadaan selamat dan mendapatkan limpahan rezki dariNya, sebagaimana keadaan burung.

Maka berusahalah dengan sungguh-sungguh dalam mencari rezki yang halal dan kebaikan-kebaikan lainnya, tapi jangan lupa untuk menyandarkan hati kita kepada Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu, bukan kepada usaha yang kita lakukan.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan rezki yang halal dan berkah bagi kita semua, serta menolong kita untuk selalu istiqamah di atas petunjuk-Nya sampai di akhir hayat kita, Aamiin.

#bertawakkaldimasapandemi

#belajarsepanjanghayat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post